Pada tahun 1980-1995, Pasar Seni Ancol pernah menjadi tempat pertemuan hangat antara para pekerja seni, perajin, dan para penikmatnya. Kala itu, di sinilah para pengunjung dan keluarga mereka mudah memilih tempat makan dengan beragam pilihan menu Nusantara. Sepanjang hari, keramaian di sana seperti tak pernah berhenti.
Pelukis Imam Subekti (60) menggambarkan, pada era itu Pasar Seni Ancol lebih mirip taman budaya sesungguhnya meski diwarnai kegiatan komersial. Semua pemangku kepentingan bak memiliki rasa memiliki tempat ini. Hal ini juga diakui oleh mantan Direktur Pasar Seni Ancol (2006-2014) Bogang Suharno (56).
Acara pementasan di panggung terbuka hampir tak pernah sepi pementasan. Mulai dari musik jazz, pop, rock, wayang kulit, wayang golek, sampai pementasan untuk anak-anak.
”Pada era 80-95-an itu pasar seni hampir tak pernah tidur. Sehari saya bisa mendapat 25 pengunjung yang minta dilukis,” kata Imam yang kini menyewa kios di Blok C nomor 57, Rabu (7/1) siang. Kala itu pelukis yang tinggal di pasar seni sejak tahun 1985 membanderol jasa lukisan pastel berukuran 40 cm x 50 cm seharga Rp 150.000.
pada era tersebut masih ada kelompok pemain musik keroncong, dan kelompok pemain musik Jawa (sinden yang menyanyi diiringi suara kecapi, gender, dan kendang) yang berkeliling mengamen tanpa memungut bayaran. Mereka beraksi pada malam hari.
”Dulu beberapa kios seni rupa di sini jadi tempat berkumpul para seniman jalanan sampai seniman Taman Izmail Marzuki (TIM). Karier almarhum Mbah Surip bermula dari sini. Saya sendiri yang membuat dia tampil dengan rambut timbalnya tahun 1995,” tutur Imam.
Hal senada disampaikan Sukarno Purboasmoro (54), yang membuka warung makan di salah satu sudut pasar seni. Sebelum mampu menyewa kios, ia adalah pedagang makanan keliling sejak 1976.
Hampir semua seniman top kala itu, seperti anggota Srimulat, pemain band Koes Plus, dan Panbers pernah mencicipi sajian makanan keliling Sukarno sambil duduk lesehan berbaur dengan pengunjung lain,” ujar Sukarno.
Menurut dia, suasana hangat di antara para pemangku kepentingan di Ancol mulai memudar pada awal 2000. ”Bukan cuma keakraban yang turun, tetapi juga makin jarangnya pertunjukan panggung yang ada di arena terbuka,” ujar Sukarno.
Pasar Seni Ancol kembali menggelar festival seni dan budaya Night Art Market pada 30-31 Mei 2014 pukul 18.00-23.00 di Pasar Seni Ancol. Pada kesempatan kali ini Pasar Seni Ancol berkolaborasi dengan Kedutaan Besar dari Visegrad Group di Indonesia, yaitu Ceko, Hongaria, Polandia, dan Slowakia.
”From The Heart Of Europe” diusung untuk menjadi tema acara karena lokasi keempat negara tersebut yang berdekatan dan terletak di jantung Eropa. Pada Night Art Market Pasar Seni Ancol, keempat negara itu menampilkan dan memamerkan berbagai bentuk pertunjukan seni dan kebudayaan yang sangat menarik.
Digagas Ali Sadikin
Pembangunan Pasar Seni Ancol digagas oleh Gubernur DKI Ali Sadikin yang meletakkan batu pertama pembangunan pada Juli 1977. Tanggal 17 Desember 1977, pasar seni diresmikan oleh Gubernur DKI Cokropranolo. Di atas tanah seluas 5,25 hektar berdiri 210 kios bagi para pekerja seni dan perajin.
Salah seorang pengunjung pasar seni, Christie Damayanti, di laman Kompasiana menulis, ”Saya sangat suka pasar seni karena saya suka seni”. Sejak kecil ia sering berkunjung ke sana. Sayang, beberapa waktu lalu, saat Christie datang kembali ia sedikit gusar. ”Aku melihat suasana suram di sana,” tulisnya.
Arus wisata komersial
Menurut Bogang, kian suramnya suasana di Pasar Seni Ancol disebabkan pengelola pasar seni bersama pengelola Ancol Taman Impian (ATI) semakin hari kurang memberikan perhatian pada pasar seni. Apalagi setelah Dunia Fantasi hadir. ”Kini ATI lebih cenderung mengembangkan wisata komersial dan menghadirkan restoran-restoran yang bermerek,”katanya.
Padahal, lanjut Bogang, pengembangan pasar seni dan wahana lain bisa beriringan dan saling menyubsidi. Menurut dia, pasar seni menjadi salah satu ciri khas ATI yang tak boleh hilang. ”Jadi, biarlah kegiatan wisata komersial dan taman budaya ini berkembang seiring dan bukan sebaliknya saling meniadakan,” ujarnya.
Pada akhir jabatan Bogang, pasar seni menggelar Festival Seni dan Budaya Night Art Market pada akhir Mei 2014. Pada acara ini, pasar seni berkolaborasi dengan Kedutaan Besar dari Visegrad Group di Indonesia, yaitu Ceko, Hongaria, Polandia, dan Slowakia.
Bogang seperti halnya para seniman dan pengunjung berharap, pihak terkait bisa kembali memulihkan suasana hangat di Pasar Seni Ancol.
Sumber: http://megapolitan.kompas.com/read/2015/01/08/15470071/Memulihkan.Lagi.Suasana.Hangat.Itu
Jasa Pembuatan Wayang Golek & Kerajinan dari Kayu, => KLIK DI SINI !!!
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar dan Masukan anda sangat kami hargai...
Mohon jangan sertakan link iklan dalam komentar anda! karena akan langsung terdeteksi spam...